Bermain Peran Dalam Dunia Yang Hanyalah "Panggung Sandiwara"
Bersandiwara dapat dipahami sebagai perilaku yang tidak sungguh-sungguh, tidak jujur, tidak sebagaimana mestinya. Seperti sebuah pertunjukan drama di atas panggung, ia bukanlah kehidupan yang sebenarnya terjadi. Semua yang ada di atas panggung hanyalah seorang aktor. Aktor adalah orang yang memainkan suatu peran, bukan orang yang sedang menjalani cerita kehidupannya melainkan bermain lakon dengan apa yang sudah tertulis atau bisa dibilang berpura-pura saja.
Pernahkah kalian mendengar sebuah potongan lirik lagu yang tertulis "dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah"? Mengapa disebut panggung sandiwara? Dunia panggung sandiwara itu adalah ketidak siapan manusia dalam menjalankan peran yang sudah menjadi takdirnya. Tak hanya itu, lirik lagu Panggung Sandiwara miliki makna bahwa dunia ini tidak lain adalah panggung teater dan manusia adalah aktornya.
Sebagaimana tertuang dalam salah satu lagu yang tercipta pada tahun 1977, Panggung Sandiwara karya penyair Ian Antono bersa seorang sastrawan bernama Taufik Ismail. Karya Ian Anotono dan Taufik Ismail ini dinyanyikan oleh Ahmad Albar yang juga merupakan vokalis grup musik rock God Bless. Lagu ini juga kembali dipopulerkan oleh Nike Ardilla pada tahun 1991.
Pada kesempatan kali ini saya ingin menggali apa yang tertuang dalam panggung sandiwara, sebuah lagu yang tampaknya sangat menunjukkan apa yang terjadi pada diri kita sehari-hari, yaitu "berpura-pura"
"Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah"
Potongan lirik di atas menggambarkan kehidupan setiap manusia terkadang seperti sebuah sandiwara yang setiap harinya memiliki cerita yang mudah merubah. Pagi hari kita merasa senang, sorenya belum tentu kita merasa senang. Jika paginya kita merasa dunia adil maka sorenya belum tentu kita merasa dunia adil. Dunia terus berputar berserta misteri yang terus berjalan sesuai dengan ketentuan skenario sang pencipta.
"Setiap kita dapat satu peranan yang harus kita mainkan
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura"
Setiap manusia mendapatkan peran yang harus dimainkan. Dalam kehidupan ini seseorang pasti memiliki satu peran di hidupnya, yaitu peran menjadi diri sendiri. Walau terkadang seseorang mendapatkan peran lebih dari satu dalam kehidupan. Peran yang terkadang digadang-gadang untuk menjadi kebanggaan oleh orang lain, tetapi kita sendiri tidak menyukai peran yang kita dapat tersebut.
Terkadang peran yang kita lakukan tidak selalu benar adanya. Terkadang kita merasa sedih namun kita harus menampilkan senyum kita saat berperan. Saat ingin marah, semua tertahan saat kita menyadari peran yang sedang kita mainkan. Peran menentukan kita harus bersikap wajar atau bersandiwara bagaimana.
Seseorang mungkin akan memperlihatkan bahwa ia sangat bahagia untuk menutupi kesedihannya. Terkadang seseorang memperlihatkan tawanya untuk menutupi tangisnya. Kita bersandiwara di depan orang lain agar terlihat baik-baik saja, kita terlalu "gengsi" untuk menolak peran yang sudah ditentukan.
Coba kita ingat-ingat lagi, betapa sering kita memakai topeng dalam kehidupan. Di balik kepura-puraan ini, terdapat hal yang berusaha kita tutupi. Kita terlalu takut dengan apa yang alan terjadi, takut untuk menampilkan diri apa adanya, takut menunjukkan perasaan yang sebenarnya, atau ketakutan lainnya yang mungkin kita sendiri tidak menyadari keberadaannya.
Komentar
Posting Komentar